Sunday, November 15, 2015

Bengong

Yang sering saya tanyakan ke diri saya akhir-akhir ini, saya jadi sering jujur bertanya. Jujur mengeluh. Jujur tentang saya memang cengeng. Selama ini bulak balik kerja pagi malam. Saya bengong.

Apa yang kurang dari saya.

Baru abis balik dari nikahan, terus ke akikahan anak orang. Kayaknya dunia adil gitu sama mereka.

Linear sih lebih tepatnya.

Ketika berusaha begitu beratnya, ya secara grafik dia akan berada di titik yang lebih jauh dari sebelumnya. Karena nilai yang dimasukkan ya memang besar. Ketika rajin, maka mereka mendapatkan hasil yang lebih baik. Ketika baik, mereka akan mendapatkan orang-orang baik di dekat mereka. Suatu yang bisa diprediksi, secara teori ataupun aplikasinya masuk gitu.

Sedangkan hidup saya dari dulu, kayak grafik abstrak.

Giliran diseriusin eh bubar, giliran lagi baik dipukulin, giliran lagi mau punya hal yang baik-baik ada aja halangannya.

Tapi dari situ juga sih banyak belajar, dari situ jadi orang yang lebih berkepribadian di banding mereka yang sudah serba punya dari kecil, serba dibantu untuk dapat ini itu.

Tapi mau sampai kapan belajarnya, buat apa berkarakter kalau cuman jadi korban bully dunia melulu.

Seiring dewasa banyak yang nyeramahin saya mulai dari bos, rekan kerja, dan kolega. Yang inti ceramahnya ya, nanti akan ada hal-hal di masa depan yang tidak bisa diantisipasi, diprediksi, dicoba untuk diselesaikan dengan akal pikiran juga gak mungkin. Dari situ nanti akan dihadapkan untuk memilih, untuk mempercayai sisi yang baik, atau sisi yang buruk dari hal-hal tersebut.

Suatu hari, ketika lagi kerja serius, sudah beramal baik, nolong orang sebisa mungkin, tiba-tiba orang tua meninggal, dipecat, atau istri minta cerai. Dari situ, hanya bisa ambil pesan moral, yang terkadang konyol dan terkesan dipaksakan untuk dinyatakan.

Percaya, beriman terhadap hal yang benar katanya.

Saya sering banget sih denger ayat yang bilang kalau beriman terhadap hal yang salah (bukan Tuhan), dosanya tidak akan diampuni.

Tapi mungkin maksudnya bukan tidak akan diampuni, tapi mereka yang membiarkan diri mereka tidak diampuni oleh Tuhan.

Karena ada rekan kantor saya gitu, yang sudah dua kali berkeluarga tapi gagal, berkata pada saya "jadi cowok baik, cuman bakal ngasih cewek gak bener ran". Dari prinsip yang ia percaya, dia beriman bahwa lebih baik menjadi pria yang bisa seenaknya ngobrak ngabrik perempuan secara fisik ataupun jiwa, karena ya dia percayanya begitu. Sampai sekarang dia masih bingung, terlihat sih dia kehilangan kepercayaannya atau imannya ketika kehilangan istrinya sewaktu itu.

Sedangkan seperti pria yang kemarin saya ceritakan seorang technical support yang berangkat dari gak punya apa-apa dan percaya bahwa jodoh itu ada, beberapa hal bisa tercapai kalau berusaha, asal tetep sabar dan bertanggung jawab. Akhirnya walau gak gampang, bisa punya apa yang ia sebut keluarga.

Saya rasa hidup akan jadi lebih mudah jika kita percaya terhadap hal-hal yang baik. Jujur juga saya kehilangan rasa percaya saya terhadap hidup, yang tadinya berada di suatu lorong yang punya titik terang di penghujung. Tiba-tiba ditutup aja gitu.

Walaupun konyol, saya mau mulai percaya lagi. Saya mau percaya bahwa Tuhan itu maha adil dan bijaksana. Saya mau percaya bahwa Tuhan punya rencana, dan Tuhan tidak tidur, dan Tuhan tahu apa yang saya lakukan selama ini (walaupun dosa saya banyak juga mungkin).

No comments:

Post a Comment