Siapapun pasti pernah baca cerita pendek, novel, komik, fiksi maupun non-fiksi. Di dalamnya berkumpul manusia-manusia, beberapa figuran, beberapa pemeran utama, beberapa antagonis, beberapa protagonis, dan beberapa tidak bisa didefinisikan. Bagi yang meyakini adanya Tuhan, sulit menampik eksistensi takdir yang kerap dibicarakan, karena merupakan suatu keharusan bagi suatu umat meyakini bahwa setiap umat memiliki cerita-cerita tersendiri.
Contoh yang mudah ya lihat saja komik Doraemon. Setiap karakter punya warnanya masing-masing, mulai dari Nobita yang hanya mengeluh, Suneo yang sulit menjadi rendah hati, Giant yang perawakannya kasar, dan Dekisugi yang hampir sempurna. Jika dilihat secara makro, komposisi manusia yang ditunjukkan malah menunjukkan sisi keseimbangan yang enak untuk dibaca berkali-kali.
Bayangkan jika semua karakter dari komik tersebut adalah orang yang sama, punya nilai yang sama, dan punya karakter yang sama. Semua malah jadi tidak karuan kan?
Menurut saya, ini yang terjadi ketika seseorang terlalu sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Tentunya membandingkan dengan seseorang yang lebih baik. Misalnya, ingin memiliki wajah setampan pria timur tengah, tubuh atletis ala binaragawan, dan uang sebanyak pengusaha. Hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi : pertama kesampaian, kedua tidak kesampaian.
Jika tercapai pun. Apa artinya ketika Nobita menjadi Dekisugi?
Berbeda ketika seorang pribadi terus melayangkan pertanyaan tentang dirinya sendiri, siapa saya. Mereka menggali kekurangan dan kelebihannya dan berusaha menjadi optimal dengan dirinya sendiri. Mereka menjadi hebat karena mereka nyaman dengan dirinya, dan kalaupun mereka tampak biasa-biasa saja, mereka tidak dipenuhi ide-ide dunia tentang bagaimana 'seharusnya' mereka menjadi, apa yang 'seharusnya' mereka punya.
Karena saya percaya semua manusia pada dasarnya baik. Jika mereka mendengar dari isi hati mereka yang paling dalam, tidak akan ada yang ingin saling menyakiti ataupun merusak, dan perbuatan buruk akan perlahan membuat seseorang tuli akan suara hatinya.
Tidak usah sungkan jika karakternya tidak terlalu ambisius, terlalu ambisius, tidak pintar ngomong, tidak pintar ngajak cewek ngobrol, atau badannya gemuk. Karena seperti kata pepatah cina dari Lao Tzu "Knowing others is wisdom, knowing yourself is enlightenment".
Berubahlah menjadi lebih baik, namun, mulailah dengan menerima diri sendiri.
Contoh yang mudah ya lihat saja komik Doraemon. Setiap karakter punya warnanya masing-masing, mulai dari Nobita yang hanya mengeluh, Suneo yang sulit menjadi rendah hati, Giant yang perawakannya kasar, dan Dekisugi yang hampir sempurna. Jika dilihat secara makro, komposisi manusia yang ditunjukkan malah menunjukkan sisi keseimbangan yang enak untuk dibaca berkali-kali.
Bayangkan jika semua karakter dari komik tersebut adalah orang yang sama, punya nilai yang sama, dan punya karakter yang sama. Semua malah jadi tidak karuan kan?
Menurut saya, ini yang terjadi ketika seseorang terlalu sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Tentunya membandingkan dengan seseorang yang lebih baik. Misalnya, ingin memiliki wajah setampan pria timur tengah, tubuh atletis ala binaragawan, dan uang sebanyak pengusaha. Hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi : pertama kesampaian, kedua tidak kesampaian.
Jika tercapai pun. Apa artinya ketika Nobita menjadi Dekisugi?
Berbeda ketika seorang pribadi terus melayangkan pertanyaan tentang dirinya sendiri, siapa saya. Mereka menggali kekurangan dan kelebihannya dan berusaha menjadi optimal dengan dirinya sendiri. Mereka menjadi hebat karena mereka nyaman dengan dirinya, dan kalaupun mereka tampak biasa-biasa saja, mereka tidak dipenuhi ide-ide dunia tentang bagaimana 'seharusnya' mereka menjadi, apa yang 'seharusnya' mereka punya.
Karena saya percaya semua manusia pada dasarnya baik. Jika mereka mendengar dari isi hati mereka yang paling dalam, tidak akan ada yang ingin saling menyakiti ataupun merusak, dan perbuatan buruk akan perlahan membuat seseorang tuli akan suara hatinya.
Tidak usah sungkan jika karakternya tidak terlalu ambisius, terlalu ambisius, tidak pintar ngomong, tidak pintar ngajak cewek ngobrol, atau badannya gemuk. Karena seperti kata pepatah cina dari Lao Tzu "Knowing others is wisdom, knowing yourself is enlightenment".
Berubahlah menjadi lebih baik, namun, mulailah dengan menerima diri sendiri.
No comments:
Post a Comment