Inget banget waktu masih umur empat belas tahun. Kayak sering banget ngebahas pas saya umur dua puluh satu saya bakal kayak gimana, jadi apa, ganteng kah, tegap dan atletis kah, ataupun sukses menghadapi segalanya. Dan sekarang saya sudah dua puluh satu.
Masih suka tengkurep, gak atletis, tegap sih iya, tapi tiap hari kecapean kayaknya ngehadepin rutinitas.
Saya sadar. Dari dulu hingga sekarang, yang saya lakukan hanya menunggu saya menjadi dewasa, terus-terusan mau lihat nasib saya di masa depan, padahal, cara paling gampang untuk lihat masa depan ya lihat aja apa yang saya lakukan sekarang. Kalau dalam seminggu saya cuman ngupil doang sampe lobang idung saya nambah, ya wajar sepuluh tahun lagi cuman gitu-gitu aja.
Ini bukan teori loh. Kebukti. Selama peralihan dari empat belas ke dua puluh satu tahun saya hanya menunggu dan berandai-andai saya akan jadi apa, ketimbang memiliki keinginan itu sendiri, daripada menciptakan kepribadian yang saya mau, saya hanya berharap umur menjadikan saya lebih dewasa.
Sekedar bagi pengalaman aja.
Bukan menuntut untuk jadi ambisius rusuh gitu kok.
Kalau kepingin punya masa depan yang baik, harus punya masa sekarang yang baik juga. Pondasinya harus bagus. Salah ya wajar, tapi jangan dipelihara dan berharap waktu bisa nyembuhin perilaku buruk yang sudah jadi kebiasaan itu. Kalau dari dulu makan gak pernah cuci tangan, jangan harap umur tiga puluh bakal tau-tau jadi rajin cuci tangan. Gak ada istilah orang berubah karena umur.
Mulai dari sekarang, belajar yang rajin, baik sama orang lain, jangan nyakitin orang, jangan janjiin yang gak bisa ditepatin, dan terus punya keinginan. Yang lembut sama orang lain, jangan malu untuk nunjukkin apa yang selama ini kalian lakukan. Gapapa salah, gapapa dinilai orang lain norak atau gimana. Jangan sinis sama orang yang pintar, sukses, dan pandai bergaul, jangan merendahkan juga orang yang gak berprestasi.
Berandai-andainya dijadikan target, jangan dibiarkan mengawang-ngawang begitu, ya mimpi tinggi gak bisa diartikan begitu kan?
Udah, saya udah ngalamin.
Jangan bertanya lagi saya bakal jadi apa ya lima enam tahun lagi, karena gak bakal merubah apa-apa. Tentuin, lakuin dari sekarang.
Definisi stabil secara finansial gampang untuk diraih. Tapi untuk membangun pondasi karakter untuk mendampinginya, gak semua orang punya waktu untuk mempersiapkan. Makanya banyak yang tumbang di umur empat puluh ke atas, karena baru menyadari mimpinya untuk aman secara finansial di umur dua puluh tahun, tanpa pernah menyadari mimpi mereka sebagai suatu karakter.
Ya jadinya, gitu doang. Tajir nyebelin gitu.
Jangan lagi menanti, menunggu. Sekedar menatap orang-orang di umur empat puluhan ke atas dan berandai-andai. Sekedar membicarakan sinis orang lain, merendahkan orang lain. Dan setelah sadar, sudah tua, sudah terlalu lama.
Tapi jangan ambisius banget gitu juga sih, ga enak diliat haha.
Semoga berguna. Ciao.
Masih suka tengkurep, gak atletis, tegap sih iya, tapi tiap hari kecapean kayaknya ngehadepin rutinitas.
Saya sadar. Dari dulu hingga sekarang, yang saya lakukan hanya menunggu saya menjadi dewasa, terus-terusan mau lihat nasib saya di masa depan, padahal, cara paling gampang untuk lihat masa depan ya lihat aja apa yang saya lakukan sekarang. Kalau dalam seminggu saya cuman ngupil doang sampe lobang idung saya nambah, ya wajar sepuluh tahun lagi cuman gitu-gitu aja.
Ini bukan teori loh. Kebukti. Selama peralihan dari empat belas ke dua puluh satu tahun saya hanya menunggu dan berandai-andai saya akan jadi apa, ketimbang memiliki keinginan itu sendiri, daripada menciptakan kepribadian yang saya mau, saya hanya berharap umur menjadikan saya lebih dewasa.
Sekedar bagi pengalaman aja.
Bukan menuntut untuk jadi ambisius rusuh gitu kok.
Kalau kepingin punya masa depan yang baik, harus punya masa sekarang yang baik juga. Pondasinya harus bagus. Salah ya wajar, tapi jangan dipelihara dan berharap waktu bisa nyembuhin perilaku buruk yang sudah jadi kebiasaan itu. Kalau dari dulu makan gak pernah cuci tangan, jangan harap umur tiga puluh bakal tau-tau jadi rajin cuci tangan. Gak ada istilah orang berubah karena umur.
Mulai dari sekarang, belajar yang rajin, baik sama orang lain, jangan nyakitin orang, jangan janjiin yang gak bisa ditepatin, dan terus punya keinginan. Yang lembut sama orang lain, jangan malu untuk nunjukkin apa yang selama ini kalian lakukan. Gapapa salah, gapapa dinilai orang lain norak atau gimana. Jangan sinis sama orang yang pintar, sukses, dan pandai bergaul, jangan merendahkan juga orang yang gak berprestasi.
Berandai-andainya dijadikan target, jangan dibiarkan mengawang-ngawang begitu, ya mimpi tinggi gak bisa diartikan begitu kan?
Udah, saya udah ngalamin.
Jangan bertanya lagi saya bakal jadi apa ya lima enam tahun lagi, karena gak bakal merubah apa-apa. Tentuin, lakuin dari sekarang.
Definisi stabil secara finansial gampang untuk diraih. Tapi untuk membangun pondasi karakter untuk mendampinginya, gak semua orang punya waktu untuk mempersiapkan. Makanya banyak yang tumbang di umur empat puluh ke atas, karena baru menyadari mimpinya untuk aman secara finansial di umur dua puluh tahun, tanpa pernah menyadari mimpi mereka sebagai suatu karakter.
Ya jadinya, gitu doang. Tajir nyebelin gitu.
Jangan lagi menanti, menunggu. Sekedar menatap orang-orang di umur empat puluhan ke atas dan berandai-andai. Sekedar membicarakan sinis orang lain, merendahkan orang lain. Dan setelah sadar, sudah tua, sudah terlalu lama.
Tapi jangan ambisius banget gitu juga sih, ga enak diliat haha.
Semoga berguna. Ciao.
No comments:
Post a Comment