Tuesday, June 20, 2017

Bersujud di tengah pikuknya dan benderangnya malam

Di dalam kereta, pukul 10.45 malam menuju ke tempat labuhan terakhir, seseorang  yang kurus kering dengan kemeja lusuh membawa dagangan tahu dan tempe sambil berdiri tenang, beberapa kali ia ditawarkan tempat duduk namun ia melambaikan terima kasihnya. Di depannya berdiri seorang pria muda pucat pasi, mengerinyitkan dahi, pipi, hingga matanya, ia menghela nafas begitu panjangnya, namun jarak antar nafasnya semakin cepat, hingga akhirnya seorang ibu yang memperhatikan, memberikannya tempat duduk.

Pria itu tersenyum kebingungan, sambil mengangguk menyampaikan terima kasih lewat raut wajahnya. Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya sambil mempersilahkan.

Setiap denyutnya semakin terasa, semakin bernafas semakin terhimpit, hingga akhirnya ia menekuk tubuhnya, duduk sambil menaruh kepalanya di pangkuannya sendiri.

Mengapa beberapa orang dianugerahi pikiran yang begitu dalam, hanya untuk menjadi korban dari pikirannya sendiri. Mengapa beberapa orang terlahir dengan begitu mudah mengendalikan pikirannya sendiri, untuk mengambil alih dan menjadikannya sesuai dengan prasangkanya. Namun pikirnya, hanya orang yang sering terhanyutlah yang akan menghargai hangatnya pelukan seseorang, hanya orang yang sering terjatuhlah yang akan menghargai hari yang sederhana.

Namun sayangnya, sebelum itu ia harus berani bersujud di tengah sunyinya malam. 

No comments:

Post a Comment